Selasa, 10 April 2012

Syi'ir Tanpo Wathon


SYI’IR TANPO WATHON
Astaghfirulla robbal baroya Astaghfirullah minal khotoya
Robbi zidni ilman nafi’ah Wa wafiqni amalan Soliha
Ya Rosulallah Salamun alaik * Ya Rofi asaniwa daroji
‘Athfatan yajirotal ‘alami * Ya uhailaljudi wal karomi
            Istighfar merupakan sebuah amalan yang sangat dianjurkan bagi setiap manusia, sebab manusia itu tempatnya salah dan lalai, sebagaimana sabda Nabi Saw:
الاِنْسَانُ مَحَلُ الخَطَاءِ وَالنِسْيَانِ
“ Manusia adalah tempatnya salah dan lalai”
Tiada manusia yang tak pernah salah dan lalai, bahkan seorang Nabi pun pernah melakukan salah dan lalai. Sebaik baik manusia adalah mereka yang pernah bersalah dan lalai kemudian menyadari kesalahannya dan merubah kesalahannya dengan kebenaran. Hal ini sebagaimana sabda Nabi Saw:
اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَاتْبِعِ السَّيِّاتَ الحَسَنَاتِ تَمْحُوهَا
 “Bertakwalah kalian dimanapun bearada, dan ikutilah perbuatan jelek dengan perbuatan baik yang perbuatan baik itu bisa menghapus kejelekan mu”
            Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk selalu beristighfar setiap hari minimal seratus kali sebagaimana sabda beliau:
وإني لأستغفر الله، في اليوم، مائة مرة
“Dan sesungguhnya saya beristighfar (meminta ampun) kepada Allah dalam sehari seratus kali” (Sohih Muslil juz 2 bab istihbabul istighfar wal iktitsar bihi)
            Banyak orang mengira bahwa istighfar hanya cukup didalam lisan namun tidak membekas dihati dan tidak berpengaruh dalam perbuatannya sehari hari. Sesungguhnya istighfar semacam ini hanyalah dusta belaka.Sebab istighfar adalah meminta ampun kepada Allah dan tidak pantas bagi manusia meminta maaf dan ampunan namun masih saja melakukan perbuatan dosa dan kenistaan.

Ngawiti ingsun nglalar syi’iran * Kelawan muji mareng pengeran
Kang pareng rohmat lan kenikmatan *Rino wengine tanpo pitungan

            Penyair memulai syiiran ini dengan menyebut nama Allah yang berupa pujian kepada Allah, sebab segala sesuatu atau perbuata itu harus dimulai dengan nama Allah. Rasulullah Saw bersabda:
 كُلُّ اَمْرٍ ذِى بَالٍ لَمْ يُبْدَءْ فِيْهِ بِبِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ فَهُوَ اجْدَمُ
“ Setiap perkara yang tidak dimulai dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, maka perkara tersebut terputus dan rusak”
            Memuji kepada Allah adalah kewajiban bagi setiap hamba yang mendapatkan berbagi kenikmatan, diantaranya adala nikmat iman,islam, rahmat dsb. Meski pujian adalah kewajiban hamba namun Allah tidak butuh terhadap syukur dan pujian manusi,sebab meski Allah tidak dipuji hambanya, Allah yang maha Sempurna tidak akan berkurang ketuhanan, dan kemuliaan nya. Allah Swt memberikan janji bagi hamba yang mau memuji dan bersyukur kepadanya dengan ditambahi kenikmatan dan mengancam hambanya yang tidak mau memuji dan bersyukur kepadanya, sebagaimana firman nya:
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِي لَشَدِيْدٌ
“Jika kalian bersyukur kepada ku niscaya akan aku tambahi nikmat untukmu, dan jika kamu ingkar (tidak mau bersyukur), sesungguhnya Adzabku adalah pedih”
            Manusia harus bisa menyadari bahwa Allah memberikan berbagai kenikmatan tanpa ada henti hentinya dan tanpa hitungan, baik siang maupun malam. Namun manusia didalam bersyukur terhadap Allah masih ada hitungan, masih ada berhentinya. Kita disuruh memuji Allah minimal lima kali didal;am sehari semalam yang berupa sholat, namun terkadang kita merasa berat untuk menjalankannya, padahal Allah tidak pernah berkeberatan memberi berbagai nikmat kepada kita. Sehingga orang yang merasa berat menjalankan perintah Allah adalah termasuk orang yang kurang pandai mensyukuri nikmat Allah, dan termasuk orang yang tidak punya malu dihadapan Allah. Rasulullah bersabda:
وَرُوِّينَا فِي حَدِيثِ أَبِي هُرَيْرَةَ ، وَأَبِي بَكْرَةَ ، وَعِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم : الْحَيَاءُ مِنَ الإِيمَانِ ، وَالإِيمَانُ فِي الْجَنَّةِ ، وَالْبَذَاءُ مِنَ الْجَفَاءِ ، وَالْجَفَاءُ فِي النَّارِ
“Malu adalah sebagian daripada iman”(Adab baihaqi hadits ke 145)
            Orang yang tidak mensyukuri nikmat Allah, maka Allah akan mencabut kenikmatan tersebut sehingga tidak mampu merasakan kenikmatan dari Allah, dan yang ada dalam hatinya bukan kepuasan, kesenangan, dan kegembiraan namun sebuah was was, merasa kurang terus menerus. Diberi kekayaan melimpah namun tidak bisa merasakan ketenangan dan kepuasan batin. Sangat berbeda dengan orang yang bisa mensyukuri nikmat Allah, meski diberi kekayaan sedikit, bahkan hanya cukup digunakan makan sehari semalam, dia bisa merasakan ketenangan dan kepuasan batin. Sebab kaya itu bukan diukur dari banyaknya harta benda namun diukur dari ketenangan hati dan kepuasan diri. Sebagaimana sabda Nabi Saw:
لَيْسَ الغِنَى عَنْ كَثْرَةِ العَرَضِ وَلَكِنَّ الغِنَى غِنَى النَّفْسِ
“ Bukanlah kaya disebabkan dari banyaknya harta namun kaya yang sejati adalah kaya hati”
Duh bolo konco prio wanito * Ojo mung ngaji syari’at bloko
Gur pinter ndongeng nulis lan moco * Tembe mburine bakal sangsoro
            Wahai manusia yang pandai bersyukur atas nikmat Allah, Mencari ilmu  (ngaji) adalah kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah sejak lahir hingga meninggal. Ilmu Agama itu ada yang disebut ilmu Syariat (fiqih, Tauhid, Tafsir, hadits) dan ilmu Toriqoh (ilmu mendekatkan diri kepada Allah) yang keduanya ini harus dikaji dan di amalkan dalam kehidupan sehari hari. Sebab banyak orang yang belajar ilmu syariat dan mengenyampingkan ilmu Toriqoh, sehingga hanya menimbulkan perselisihan diantara mereka, Tidak pernah melihat titik persamaannya malah melihat titik perbedaannya. Lebih menitik beratkan pada permasalahan dzohir dan mengenyampingkan permasalahan batin (taqorrub). Inilah yang menyebabkan kesengsaraan dan perpecahan diantara umat islam. Padahal Rasulullah bersabda:
اِخْتِلاَفُ اُمَّتِى رَحْمَةٌ
“Perbedaan pada umatku adalah Rahmat”
            Kalau memang menjadi Rahmat, maka perbedaan pendapat itu seharusnya menjadi tali untuk mempererat tali kasih saying, berbeda beda pendapat namun satu tujuan yaitu menggapai keridloan Allah.
Belajar pun juga harus diamalkan, sebab teori tanpa aplikasi bagaikan pohon tanpa buah. Syari’at itu diibaratkan teori Agama,dan Toroqoh adalah pelaksanaan syariat. Banyak orang yang pandai agama dan profesi mereka beraneka ragam, ada yang Ahli ceramah (b.jawanya tukang dongeng), Penulis buku, dan ahli analisis keislaman. Keilmuan mereka itu akan membawa kesengsaraan mereka sendiri jika tidak pernah dikerjakan. Allah Swt mengingatkan orang yang demikian ini dalam surat Shoff ayat 2 :
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä zNÏ9 šcqä9qà)s? $tB Ÿw tbqè=yèøÿs? ÇËÈ   uŽã9Ÿ2 $ºFø)tB yYÏã «!$# br& (#qä9qà)s? $tB Ÿw šcqè=yèøÿs? ÇÌÈ   
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?(2) Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan (3).”
Imam Baghowi dalam tafsirnya menukil pendapat Ibnu Zaid : ayat tersebut diturunkan untuk orang munafik yang berjanji menolong umat islam namun mereka mengingkarinya. Angan anganlah ayat ini.
Akeh kanga apal Qur’an Haditse* Seneng ngafirke marang liyane
Kafire dewe gak digate’ke * Yen isih kotor ati akale
            Dari tahun ke tahun, Jumlah umat islam semakin bertambah, Masjid, Musholla, Pondok pesantren, TPq, Madrasah diniyyah,Semakin banyak dan sudah mencetak ratusan ribu santri ditengah tengah masyarakat. Ini menandakan bahwa orang yang  pandai Agama semakin banyak, yang paham dan hafal Al Qur’an dan hadits semakin membludak. Namun sayang, masih banyak bermunculan saling menyalahkan, baik antar santri, kiyai, oraganisasi dan sebagainya. Mereka sibuk dengan mencari cari kesalahan orang namun mereka lupa tidak pernah mengkoreksi kesalahan diri sendiri.
            Penyebabnya adalah karena hati dan fikirannya masih dikotori oleh penyakit penyakit hati dan kerakusan pada dunia. Antar santri saling menyalahkan dan mencari benarnya sendiri sendiri. Antar kiyai saling menyalahkan dan saling unggul unggulan, yang tujuannya bukan membela kebenaran tapi tholabul jah (mencari kebesaran). Anggapan mereka lebih penting ego sendiri daripada kebenaran haqiqi yang hasilnya saling menghormati perbedaan.
            Padahal Allah Swt telah mengingatkan mereka untuk tidak saling merendahkan dan bermusuhan , Sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an surat Al hujurat ayat :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (11)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.”
            Dan juga padahal sesama mu’min adalah bersaudara, sebagaimana disebutkan dalam surat Al Hujurat ayat 10 :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”
Dalam Tafsir Al Baghowi Imam Al Baghowi mesebutkan sebuah hadits sebagai berikut:
[أخبرنا عبد الواحد بن أحمد المليحي ]، أخبرنا أبة محمد الحسين بن أحمد المخلدي ، أخبرنا أبو العباس محمد بن السراج ، حدثنا قتيبة بن سعيد ، حدثنا الليث ، عن عقيل ، عن الزهري ، عن سالم ، عن أبيه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: " المسلم أخو المسلم لا يظلمه ولا يشتمه، من كان في حاجة أخيه كان الله في حاجته، ومن فرج عن مسلم كربةً فرج الله بها عنه كربةً من كرب يوم القيامة، ومن ستر مسلماً ستره الله يوم القيامة ".
“Seorang muslim adalah saudara muslim (lainnya), tidak boleh menzaliminya dan mencelanya, barangsiapa mendatangi hajat (kebutuhan) saudaranya (membantunya) maka Allah akan membantu kebutuhannya, dan barangsiap yang meringankan kesusahan orang maka Allah akan membantu meringankan kesusahannya pada hari qiamat dan barangsiapa yang menutupi (aib) seorang muslim maka Allah akan menutupi (aib)nya pada hari kiamat.”  
Gampang kabujuk nafsu angkoro* Ing pepaese gebyare ndunyo
Iri lan meri sugihe tonggo *Mulo atine peteng lan nisto
Didalam Al qur’an, Allah menyebutkan petuah Nabi yusuf Alaihi salam: wama ubarri’u nafsi inna nafsa la’ammarotum bissuu’ (Dan tidaklah aku mengumbar / membebaskan nafsuku, sesungguhnya nafsu itu mengarah kepada kejelekan kecuali nafsu yang mengarah pada kasih saying Allah). Nafsu itu secara global terbagi menjdi dua, Pertama ;terdiri dari delapan tingkatan yang ditermpuh oleh diri seseorang yaitu:
1.Amarrah, yaitu nafsu yang mendorong untuk berbuat sesuatu diluar pertimbangan akal yang tenang, sehingga tidak bisa membedakan kebenaran dan kebatilan. Sifat sifat nafsu ini adalah suka berlebih lebihan, hura hura, serakah, dengki, dendam, pemarah , sombong, dan tidak tahu tuhannya. Allah Swt berfirman dalam Surat Yusuf ayat 53:
وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ
“ Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.”
2. Lawwamah, Nafsu yang sudah punya kesadaran, sehingga seseorang yang terlanjur berbuat salah akan sadar dan menyesali diri atau merasa berdosa.Sifat sifat nafsu ini adalah pura pura tidak tahu kewajiban, ujub,ghibah,dusta. Allah berfirman dalam Al Qur’an surat Al Qiyamah ayat 2 :
وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ
“ Dan aku bersumpah dengan jiwa yang Amat menyesali (dirinya sendiri)”
3. Muthmainnah, yaitu nafsu yang sudah dijinakan dengan ketebalan iman, sehingga jika mendapat coba akan selalu sabar dan jika mendapat nikmat selalu bersyukur. Sifatnya senang beribadah, syukur, ridlo,tawakkal,dan takut kepada Allah. Allah berfirman dalam surat Al Fajr ayat 27 – 30 :
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ (27) ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً (28) فَادْخُلِي فِي عِبَادِي (29) وَادْخُلِي جَنَّتِي (30)
“ Hai jiwa yang tenang.(27). Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.(28). Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,(29). Masuklah ke dalam syurga-Ku.(30)”
4. Mulhimmah yaitu unsur  nafsu yang suci yang menerima ilham dari Allah semisal berbentuk ilmu pengetahuan. Sifatnya dermawan, qona’ah,sederhana, belas kasih,lemah lembut.tawadlu’, tobat,dan tahan menghadapi kesulitan.Alla berfirman dalam surat As Syams ayat:
وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا (7) فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا (8)
“ Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),(7). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.(8)”
5. Musawwilah yaitu nafsu yang bebas melakukan apapun yang diinginkan tanpa peduli nilai nilai yang dikerjakan itu, meskipun dia mampu membedakan antara kebenaran dan kebatilan. Allah berfirman dalam surat Yusuf ayat 83 :
قَالَ بَلْ سَوَّلَتْ لَكُمْ أَنْفُسُكُمْ أَمْرًا فَصَبْرٌ جَمِيلٌ عَسَى اللَّهُ أَنْ يَأْتِيَنِي بِهِمْ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ (83)
“Ya'qub berkata: "Hanya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu. Maka kesabaran yang baik Itulah (kesabaranku). Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semuanya kepadaku; Sesungguhnya Dia-lah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana".
6. Rodhiyyah nafsu yang menyadari akan apa yang diterimanya dan dan bersyukur atas ridlo Allah.Sifatnya adalahzuhud,waro’,riyadloh, dan menepati janji. Hal ini sebagaimana Disebutkan dalam surat Al Fajr ayat 27 -30 diatas
7. Mardhiyyah nafsu yang senantiasa pasrah terhadap ridlo Allah. Sifatnya berakhlaq mulia, bersih dari segala dosa, rela menghilangkan kegelapan makhluk
8.Kamilah nafsu yang memiliki kesempurnaan dzohir dan batin. Sifatnya adalah Ilmu yaqin, Ainul yaqin, Haqul yaqin.
Kedua, berupa sepuluh nafsu yang tercela yang mendekam dalam diri manusia, sehingga sebisa mungkin harus ditaklukan, yaitu:
9. Nafsu Kalbiyyah yaitu seperti anjing yang suka memonopoli sendiri
10. Nafsu Himmariyyah yaitu seperti keledai yang memikul sesuatu yang tidak dipahami
11. Nafsu Sabu’iyyah yaitu seperti serigal yang suka menganiaya orang lain dengan cara apapun
12. Nafsu Fa’riyyah yaitu seperti tikus yang suka merusak dan mencuri dan korupsi
13. Nafsu Dzatis suhumi wa hammati wal hayati wal aqrab,yaitu seperti binatang penyengat yang suka menyengat hati orang lain
14. Nafsu Khinziriyyah yaitu seperti babi yang suka pada kotoran dan kebusukan
15. Nafsu Thussiyyah yaitu seperi merak yang suka menyombongkan diri
16. Nafsu Jamaliyyah yaitu seperti unta yang mementingkan diri sendiri,
17. Nafsu Dubbiyyah yaitu seperti beruang yang kuat tapi bodoh
18. Nafsu Qirdliyyah yaitu seperti kera yang tak tau berterima kasih, tak tau malu
Apabila manusia itu didalam hidupnya selalu melihat keatas, tetangga punya sepeda baru dia juga ingin sepada baru, tetangga punya mobil dia ingin mobil dst, tanpa melihat butuh tidaknya benda benda tersebut dan menjaadikan cinta dunia sebagai tujuan utama,maka dia akan menghalalkan segala cara untuk meraihnya. Tidak peduli perkara syubhat atau haram, yang penting menguntungkan dan menghasilkan. Orang seperti ini hatinya telah gelap disebabkan cinta dunia dan akhirnya jatuh dalam lembah kenistaan. Rasulullah Saw bersabda:
حُبُّ الدُنْيَا رَأسُ كُلِّ خَطِيئَةٍ
“ Cinta dunia adalah pangkal dari setiap kesalahan”
. فَقَدْ قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم: {حُفَّتْ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتْ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ}. أَخْبَرَ أَنَّ الطَّرِيقَ إلَى الْجَنَّةِ احْتِمَالُ الْمَكَارِهِ، وَالطَّرِيقَ إلَى النَّارِ اتِّبَاعُ الشَّهَوَاتِ
“Sesungguhnya Nabi Saw bersabda: (Syurga di kelilingi dengan perkara yang tidak menyenangkan sedangkan neraka dikelilingi dengan syahwat) bahwasanya jalan menuju syurga adalah harus ditempuh dengan perkara yang tidak menyenangkan dan jalan menuju neraka adalah mengikuti syahwat” (Adabu dunya wad din bab fashlun fi hawa)
            Sehingga sebaik baik manusia adalah mereka yang menjadikan nafsu sebagai makmum bukan sebagai imam, sebab jika imamnya Nafsu maka akibatnya akan menghalalkan segala cara untuk mencapai apa yang diinginkan.
عَنْ أَبِي مُحَمَّدٍ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُوْنَ هَوَاهُ تَبَعاً لِمَا جِئْتُ بِهِ
[حَديثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ وَرَوَيْنَاهُ فِي كِتَابِ الْحُجَّة بإسنادٍ صحيحٍ ]
Dari Abu Muhammad Abdillah bin Amr bin ‘Ash radhiallahuanhuma dia berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : "Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa “ (Arba’in Nawawiyah hadits ke 41)
            Sudah menjadi kewajiban kita untuk selalu bersabar menahan hawa nafsu dan bersyukur atas segala kenikmatan yang ada,dan cara mempraktekan dalam kehidupan sehari hari adalah sebagaimana sabda Rasulullah Saw:
مَنْ نَظَرَ فِي الدِّينِ إِلَى مَنْ فَوْقَهُ وَفِي الدُّنْيَا إِلَى مَنْ تَحْتَهُ كَتَبَهُ اللَّهُ صَابِرًا شَاكِرًا ، وَمَنْ نَظَرَ فِي الدِّينِ إِلَى مَنْ تَحْتَهُ وَفِي الدُّنْيَا إِلَى مَنْ فَوْقَهُ لَمْ يَكْتُبْهُ اللَّهُ صَابِرًا وَلا شَاكِرًا
“ Barangsiapa yang memandang dalam urusan agamanya pada orang diatasnya dan memandang urusan dunianya pada orang dibawahnya maka Allah mencatatnya sebagai orang yang sabar dan pandai bersyukur, namun jika sebaliknya maka Allah tidak mencatat demikian” (Adabul Baihaqi hadits ke 807)
            Bahkan dalam kitab Syarah hikam hal 31 disebutkan sebuah kata kata mutiara tentang nafsu, yaitu:
(اَصْلُ كُلِّ مَعْصِيَةٍ وَغَفْلَةٍ وشَهْوَةٍ الرِّضَا عَنِ النَّفْسِ , وَاَصْلُ كُلِّ طَاعَةٍ وَيَقْظَةٍ وَعِفَّةٍ عَدَمُ الرِّضَا مِنْكَ عَنْهَا ) الرِّضَا عَنِ النَّفْسِ اَصْلُ جَمِيْعِ الصِّفَاتِ المَذْمُومَةِ وَعَدَمُ الرِّضَا عَنْهَا اَصْلُ الصِّفَاتِ المَحْمُودَةِ .
“ (Pokok dari setiap maksiat, kelalaian, dan syahwat adalah ridlo terhadap keinginan nafsunya. Dan pokok dari setiap ketaatan, dan kesadaran, dan keselamatan adalah kamu tidak ridlo terhadap keinginan nafsu) ridlo terhadsap keinginan nafsunya adalah pokok dari sifat sifat tercela dan tidak ridlo terhadap keinginan nafsunya adalah pokok setiap sifat terpuji”
Ayo sedulur jo nglale’ake * Wajibe ngaji sak pranatane
Nggo brundelake iman tauhide * Baguse sangu mulyo matine
            Sebagaimana diungkapkan diatas, bahwa menuntut ilmu hukumnya wajib bagi setiap manusia. Belajar agama itu harus keseluruhan dari macam macamnya agar bisa memahami seluk beluknya dengan detail, semisal ilmu tauhid,fiqih,tafsir,hadits, b.arab, dst. Dan juga harus sesuai dengan tingkatannya, kalau  masih pemula harus mempeelajari materi pemula seperti Aqidatul awwam, Mabadi’ Fiqhiyyah,Tafsir Jalalain, Arbain Nawawaiyah, dsb. Sekarang ini banyak sekali manusia yang maunya instant (semua langsung bisa), sehingga tidak belajar dari bawah (syari’at)malah langsung belajar pada tingkat menengah keatas (haqiqot dan Ma’rifat). Orang semacam ini tidak akan pernah bisa mencapainya, sebaba ilmu dasarnya tidak punya dan tidak faham.
            Untuk itu marilah mengaji mulai dari bawah pada tingkat syariat, jika sudah faham maka meningkat pada haqiqot, dan mencapai ma’rifat. Mengaji ilmu syariat itu adalah toriqoh yang mu’tabar. Orang tidak tahu syarat dan rukun sholat (sholatnya hanya ikut ikutan) dan tidak mau mengaji tentang hal tersebut, malah mengaji tentang haqiqot, maka sholatnya tidak sah dan dia tak akan pernah sampai pada tingkatan ma’rifat. Tidak pernah belajar ilmu Aqo’id 50 sifat, malah mendalami dzikir agar mencapai ma’rifat, tidaklah bisa. Rasululah bersabda:
مَنْ اَرَادَ الدُنْيَا فَعَلَيْهِ بِالعِلْمِ وَمَنْ اَرَادَ الاَخِرَةَ فَعَلَيهِ بِالعِلْمِ وَمَنْ اَرَادَ هُمَا فَعَلَيْهِ بِالعِلْمِ
“ Barangsiapa yang menginginkan dunia maka wajib baginya menuntut ilmu(ilmu dunia), dan barangsipa yang menginginkan akhirat maka wajib baginya menunutut ilmu (akhirat), dan barangsipa yang menginginkan keduanya maka wajib baginya menuntut ilmu (ilmu dunia akhirat)”
            Seluruh ilmu agama yang dipelajari ini adalah utuk mempertebal dan menguatkan keimanan kita, karena keimanan inilah yang akan menjadikan kita selamatdan Hidup mulia. Sebab sebaik baik bekal kita untuk menggapai akhirat yang selamat adalah hati yang mulia. Dan hati mulia itu bisa diperoleh dengan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah Swt.
            Lantas jika orientasi (tujuan )manusia adalah akhirat,haruskah kita meninggalkan kesibukan dunia?. Tidak, sebab dunia adalah lahan untuk bekal diakhirat, kita bisa  kuat berdiri untuk sholat disebabkan kita makan, untuk bisa makan kita harus bekerja. Rasulullah Saw bersabda:
لَيْسَ بِخَيْرِكُمْ مَنْ تَرَكَ دُنيَاهُ لِاَخِرَتِهِ وَلاَ اَخِرَتَهُ لِدُنْيَاهُ حَتَّى يُصِيْبَ مِنهُمَا مَعًا, فَاِنَّ الدُنيَا بَلاَغٌ الى الاَخِرَةِ
“ Bukanlah kebaikan seseorang yang meninggalkan dunianya hanya untuk akhiratnya, dan meninggalkan akhiratnya untuk dunianya, hingga keduanya (dunia akhirat)diperolehnya, karena sesungguhnya dunia itu bekal untuk akhirat”
Kang aran soleh bagus atine * Kerono mapak sering ngelmune
Laku toriqoh lan ma’rifate * Ugo hakekot manjing rasane
            Hati seseorang menjadi ukuran kebaikan seseorang, jika hati tidak sehat (terjangkit penyakit hati) maka apapun yang dipikirkan adalah perilaku negatif, berbeda dengan hati yang waras. Rasulullah Saw bersabda:
أَلَّا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ". رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ [رقم:52]، وَمُسْلِمٌ [رقم:1599]. 
“Ingatlah sesungguhnya didalam jasad terdapat segumpal darah, jika bagus maka baguslah seluruh jasad, jika rusak segumpal dara tersebut maka rusaklah jasad seluruhnya, ingatlah itu adalah hati”
Agar hati menjadi bagus dan sehat dari penyakit hati, seseorang itu harus mengamalkan ilmunya, Ilmu sangat sulit untuk dicari bahkan memerlukan pengorbanan, baik tenaga fikran, maupun materi. Namun lebih sulit lagi ketika memulai mengamalkannya dan apabila sudah menjadi kebiasaan akan manjadi mudah.
            Jika sesorang sudah menjalani syari’at itu berarti dia sedang menjalani toriqoh (jalan menggapai ma’rifatullah),membaca Al Qur’an, mengaji kitab fiqih,tauhid,hadits, tafsir adalah merupakan toriqoh secara haqiqi.Sedangkan haqiqot adalah keadaan dan ma’rifat adalah tujuan akhir.
            “Laku toriqot lan ma;rifate, ugo haqiqot manjing rasane” maksudnya jika seseorang menjalani toriqot maka akan sampai pada hakikat dan ma’rifat. Hal ini terbukti dengan perasaan diri yang selalu merasa dekat dan ingat dengan Allah, Sebagaimana Sabda Nabi saw:
أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّك تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاك
“Sembahlah Allah seolah olah engkau melihat Allah,dan jika engkau tidak mampu melihatnya maka sesungguhnya Allah melihat mu (rasakan bahwa Allah selalu melihatmu) “ (Arba’in Nawawiyah Hadist ke 2)
            Buta mata belum tentu membawa bencana, namun buta hati pasti,sudah pasti mendatangkan bencana. Karena apabila manusia sudah terjangkit penyakit buta hati dan selama belum mendapatkan cahaya ilahi yang berupa peunjuk petunjuk kebenaran maka selama itu pula manusia akan tersesat jalanya, bukan jalan keridloan Allah yang didapatkan malah murka Allah yang didapatkan. Sebagaimana disebutkan dalam surat Al Isra’ ayat 72 :
 وَمَنْ كَانَ فِي هَذِهِ أَعْمَى فَهُوَ فِي الْآَخِرَةِ أَعْمَى وَأَضَلُّ سَبِيلًا
“Dan barangsiapa yang berada didalam dunia ini buta maka dia diakhirat kelak akan buta dan tersesat jalan”
            Ma’rifat adalah mengenal dan mengetahui Allah melalui tanda tanda kebesarannya, dengan ma’rifatullah kita bisa mengetahui tujuan dan hakikat hidup kita dan tidak tertipu oleh gemerlap dunia. Orang jawa menyebut “ngerti dununge urip” yaitu tahu asalnya dari mana, tujuan hidup kemana, hidup untuk apa, dan tanggung jawabnya apa.
Seseorang yang mengenal Allah, akan merasakan kehidupan yang lapang
walaupun bagaimana keadaannya. Seandainya ia seorang miskin ia akan sabar,
sebab ia tahu bahwa dibalik kehidupan fana ini ada kehidupan baqa (abadi),
tempat kenikmatan, seandainya ia seorang kaya ia akan bersyukur, sebab harta
yang ada padanya sekarang ini, hanyalah titipan Illahi, yang diamanatkan
kepadanya.
Seorang yang mengenal Allah akan selalu mengharap ridhaNYA dalam setiap
perbuatannya, dalam perjalanan hidupnya, ia tidak akan berbuat sesuatu kecuali
bila hal itu diridhai oleh Allah S.W.T. Lain halnya dengan orang yang tidak
mengenal Allah, ia berbuat berdasarkan kemauan syahwat dan kehendak hawa
nafsunya. Jadilah hawa nafsunya Tuhan selain Allah, yang memerintah dan
melarangnya
            Hadrotus Syaikh KH Ihsan Muhammad Dahlan Jampes Kediri, dalam kitab Sirojut Tholibin nya hal 88, menyatakan yang dimaksud ma’rifat adalah harus mengetahui empat perkara: Pertama, harus mengetahui dirinya sendiri. Kedua, harus mengetahui tuhanya. Ketiga, harus mengetahui dunia. Keempat, harus mengetahui akhirat. Yang dimaksud mengetahui diri sendiri adalah mengetahui dirinya sebagai seorang hamba yang hina dan rendah, mengetahui tuhanya sebagai dzat yang maha merajai, maha agung, maha kuasa. Mengetahui dunia adalah serendah rendahnya tempat dan sebagai tempat mencari bekal untuk akhirat, Mengetahui akhirat sebagai tempat terakhir.
PERKARA PERKARA YANG MENGHALANGI MA’RIFATULLAH
            Seseorang tidak akan dapat mencapai derajat ma’rifat jika masih melakukan beberapa perkara sebagai berikut:
1.Ma’rifatullah itu tidak bisa dengan panca indra
            Orang orang yahudi pada zaman Nabi Musa as, mereka ingin melihat Allah dengan mata kepala secara nyata namun tidak bisa, sebagaimana firman Allah dalam surat Al Baqoroh ayat 55 :
وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَى لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى نَرَى اللَّهَ جَهْرَةً فَأَخَذَتْكُمُ الصَّاعِقَةُ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ (55
“Dan ketika kamu sekalian berkata: Wahai Musa ! Dan kami tidak akan beriman hingga kami melihat Allah secara nyata kemudian petir menyambar kamu sekalian dan kalian menyakssikannya”
            Imam Ibnu jarir At Thobari dalam menafsiri kata “ jahratan”, beliau mengemukakan dua pendapat yang sama dari sahabat yaitu:
673ـ وكما حدثنا به القاسم بن الـحسن, قال: حدثنا الـحسين, قال: حدثنـي حجاج, عن ابن جريج, قال: قال ابن عبـاس: حتـى نَرى اللّهَ جَهْرَةً قال: علانـية.
  674ـ وحدثت, عن عمارة بن الـحسن قال: حدثنا عبد الله بن أبـي جعفر, عن أبـيه عن الربـيع: حتّـى نَرى اللّهَ جَهْرَةً يقول: عيانا.
Ibnu Abbas RA berpendapat : Maksud ayat “ jahratan “ adalah secara nyata, sedangkan pendapat Ar Rabi’ adalah Dengan menggunakan mata telanjang”
2.Sombong, Ujub, Riya’ dan berbagai penyakit hati
سَأَصْرِفُ عَنْ آَيَاتِيَ الَّذِينَ يَتَكَبَّرُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَإِنْ يَرَوْا كُلَّ آَيَةٍ لَا يُؤْمِنُوا بِهَا وَإِنْ يَرَوْا سَبِيلَ الرُّشْدِ لَا يَتَّخِذُوهُ سَبِيلًا وَإِنْ يَرَوْا سَبِيلَ الْغَيِّ يَتَّخِذُوهُ سَبِيلًا ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا وَكَانُوا عَنْهَا غَافِلِينَ (146) وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا وَلِقَاءِ الْآَخِرَةِ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ هَلْ يُجْزَوْنَ إِلَّا مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (147)
146. Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. mereka jika melihat tiap-tiap ayat(Ku) mereka tidak beriman kepadanya. dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus memenempuhnya. yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari padanya.
147. Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan mendustakan akan menemui akhirat, sia-sialah perbuatan mereka. mereka tidak diberi Balasan selain dari apa yang telah mereka kerjakan.

Al-Qur’an qodim wahyu minulyo * Tanpo tinulis iso diwoco
Iku wejangan guru waskito * Den tancepake ing njero dodo
            Al Qur’annul karim adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad untuk ummatnya melalui perantara Malaikat jibril as,dan membacanya dianggap ibadah. Al Qur’an berisi hukum hukum, Kisah para umat terdahulu, kejadian alam masa lalu dan masa depan yaitu kiamat. Al quran sangat bantak manfaatnya diantaranya adalah sebagai petunjuk, obat dan rahmat.
            Salah satu keajaiban Al Qur’an adalah disampaikan kepada Nabi tidak melalui tulisan sebagaimana yang ada pada zaman sekarang, Namun bisa dibaca dengan indah oleh sseorang Nabi yang Ummi (buta huruf) dan disampaikan kewpada ummatnya. Untuk itu Al qur’an harus kita baca dan diamalkan setiap hari agar bisa mencapai derajat keimanan paling sempurna. Sebagaimana Firman Allah dalam Surat al Anfal ayat 2 :
 إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آَيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانا
“Sesungguhnya orang orang mukmin (yang sempurna imannya) adalah mereka yang jika disebut nama Allah gemetar hati mereka dan jika dibacakan ayat ayat Allah bertambah keimanan mereka”
            Diantara keistimewaan Al Qur’an yang lain adalah kandungan dan susunan nya yang tidak bisa ditiru oleh manusia meskipun mereka adalah sastrawan yang ahli hukum. Dan bahkan meskipun seluruh manusia dikumpulkan untuk membuat seperti Al Qur’an tidak akan bisa. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam surat Al Baqoroh ayat :
وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (23) فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا وَلَنْ تَفْعَلُوا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ (24)
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.(23) Ayat ini merupakan tantangan bagi mereka yang meragukan tentang kebenaran Al Quran itu tidak dapat ditiru walaupun dengan mengerahkan semua ahli sastera dan bahasa karena ia merupakan mukjizat Nabi Muhammad s.a.w.(24)”
            Dalam kitab Fadloilul Qur’an hal 7, Ibnu katsir menukil sebuah hadits dari kitab fadloilul qur’an karya Abu Ubaidillah Al Qosim bin salam :
عن عبد الله بن مسعود عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: إن هذا القرآن مأدبة الله فتعلموا من مأدبته ما استطعتم، إن هذا القرآن حبل الله، وهو النور المبين، والشفاء النافع، عصمة لمن تمسك به، ونجاة لمن تبعه، لا يعوج فيقوم ولا يزيغ فيستعتب ولا تنقضى عجائبه، ولا يخلق عن كثرة الرد، فاتلوه فإن الله يأجركم على تلاوته بكل حرف عشر حسنات، أما أنى لا أقول: الم، حرف، ولكن ألف عشر ولام عشر وميم عشر .
“ Dari Ibnu Mas’ud Ra, bahwa beliau meriwayatkan sebuah hadits : Sesungguhnya Qur’an ini adalah jamuan dari Allah maka pelajarilah dari perjamuannya sebisa kalian, sesungguhnya Al Qur’an adalah tali Allah dan merupakan cahaya penjelas, dan obat yang bermanfaat, penjaga bagi yang berpegangan dengannya, dan keselamatan bagi orang yang mengikutinya, tidak akan bengkok dan tidak akan condong
Kumantel ati lan pikiran * Merasuk ing padang kabeh jeroan
Mu’jizat Rosul dadi pedoman * Minongko dalan manjinge iman
            Suatu perbuatan baik jika dikerjakan sekali, dua atau tiga kali masih terasa berat bahkan terkadang merasa malu. Namun jika sudah dikerjakan berulang ulang dan menjadi kebiasaan maka akan terasa ringan. Semisal berdzikir, membaca Al Qur’an jika belum terbiasa dada seakan akan panas perasaan tidak enak, namun jika dikuat kuatkan untuk terus dzikir atau membaca Al Qur’an maka lambat laun akan merasa nyaman, tenang dan semakin khusyuk.Perasaan berat ketika berbuata baik adalah sifat nafsu yang ditunggangi syetan, sehingga jika bisa mengalahkan nafsu maka perasaan berat itu akan hilang.
MENCAPAI MA’RIFAT BILLAH
            Kemudian lebih detailnya, cara cara untuk bisa selalu dekat kepada Allah dan ma’rifat billah ada tiga yaitu:
I.Dzikrullah
            Artinya selalu mengingat kepada Allah sepenuh hati dengan menyebut asma Allah dimanapun berada, baik dzikir jahri (secara keras) atau dzikir khofi (secara samar). Dalam Al Qur’an banyak sekali disebutkan, diantaranya:
#sŒÎ*sù ÏMuŠÅÒè% äo4qn=¢Á9$# (#rãÏ±tFR$$sù Îû ÇÚöF{$# (#qäótGö/$#ur `ÏB È@ôÒsù «!$# (#rãä.øŒ$#ur ©!$# #ZŽÏWx. ö/ä3¯=yè©9 tbqßsÎ=øÿè?
“ Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung” (Al Jumu’ah 10).
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#râè0øŒ$# ©!$# #[ø.ÏŒ #ZŽÏVx. ÇÍÊÈ   çnqßsÎm7yur Zotõ3ç/ ¸xϹr&ur ÇÍËÈ  
“Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.(41). Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang(42)”.(Al Ahzab 41-42)
tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä ûÈõuKôÜs?ur Oßgç/qè=è% ̍ø.ÉÎ/ «!$# 3 Ÿwr& ̍ò2ÉÎ/ «!$# ûÈõyJôÜs? Ü>qè=à)ø9$# ÇËÑÈ  
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”
            Taqorrub kepada Allah melalui dzikir akan mengantarkan kita memunculkan perasaan senantiasa diaawasi oleh Allah. Jadi dengan mujahadah, kholwat dan dzikir akan membuka dinding hissi (perasaan panca indra lima) dan membuka beberapa rahasia alam milik Allah yang kita lemah untuk mendapatkanya.Dengan dzikir ruh semakin kuat untuk mendapatkan pengetahuan tentang rahasia alam. Dan dari pengetahuan yang diperoleh, ketika itulah ruh menerima  segala pemberian yang bersifat Robbaniyyah (bersifat ketuhanan) dan menerima segala ilmu pengetahuan yang bersifat laduniyyah (ilmu bonusan yang datang dari Allah). Karena itu terbukalah kasyaf bagi ahli mujahadah, terbukalah pintu ilahiyyah dan mereka mendapat segala hakikat wujud.
            Dzikir secara umum terbagi menjadi dua yaitu jahri (suara keras) dan sirri (suara pelan dan samar). Jenis jenis dzikir sangat banyak sekali, diantaranya adalah:
1.Dzikir Thowaf
            Yaitu memutarkan kepala dari atas kebawah mulai dari arah kiri dengan mengucap “ lailla ha  “
2. Dzikir Itsbat
            Yaitu terusan dari dzikir thowaf diatas dengan kalimat “ illaallah “ diambil dari tengah dada dipukulkan (diarahkan) kehati sanubari, dibawah putting sebelah kiri, kira kira dua jari. tujuannya agar nafsu lawwamah yang ada dalam hati sanubari bisa dikendalikan. Nafsu ini sukanya menuruti sifat hewani yaitu nikmatnya makan dan syahwat juga tidak mau bersungguh sungguh dalam ibadah.
3. Dzikir Nafi’ Itsbat
            Yaitu dzikir “ La illa haillaallah “
4. Dzikir Ismu Dzat
            Yaitu dzikir “ Allah… Allah “. Allah adalah dzat yang wajib wujudnya, tetap tanpa ada perubahan baik siang maupun malam.
5. Dzikir Syahadah fi ghoib (Dzikir Taroqi)
            Yaitu dzikir “ Allah….Hu  “ dari tengah tengah dada dinaikan dan dimasukan ke baitul makmur, tempatnya otak (tempat berfikir). Supaya kepintaran otak digunakan untuk menggapai derajat taqorrub kepada Allah.
6. Dzikir Tanazul (Dzikir ghoibin fi Syahadah)
            Yaitu dzikir “ Hu…. Allah  “ dari otak diturunkan ke  dalam dada. Sadar bahwa selurunya berakhir kembali kepada Allah.
7. Dzikir Isim Ghoibun (Dzikir ghoibun fi ghoib)
            Yaitu dzikir “ Hu…. Hu “ ditujukan ketengah tengah dada dan diarahkan ke dalam hati nurani. Caranya adalah dengan diam dan menutup kepala dan hati tetap ingat dzikir.
II. Musyahadah
            Musyahadah menurut para ulama tasawuf adalah sebagai berikut:
Menurut Imam Qusyairi dalam Risalatul Qusyairiyyah:
المُشَاهَدَةُ حُضُورُ الحَقِّ
“Musyahadah adalah kehadiran al haq (Allah)”
Menurut Imam Junaid Al Baghdadi:
المُشَاهَدَةُ وُجُودُ الحَقِّ  مَعَ فُقْدَانِهِ
“ Musyahadah adalah Tampaknya Al Haq (Allah) beserta hilangnya alam perasaan”
            Musyahadah bisa tercapai jika sudah berada pada maqom fana’ (Yang ada hanya Allah saja) karena pada hakikatnya wujud yang hakiki dan kekal hanyalah Allah Swt, Sedangkan yang lainya tidak ada. Dan untuk mencapai Musyahadah haruslah senantiasa istiqomah mujahadah dengan memperbanyak dzikrullah dan  riyadloh (melatih)membersihkan hati dari sifat tercela. Ada juga yang menyatakan bahwa musyahadah bisa tercapai dengan kematian (mematikan nafsu) sebagaimana sabda Rasulullah Saw:
مُوتُوا قَبْلَ اَنْ تَمُوتُوا
“Matilah sebelum kamu mati “
Maksudnya matikan nafsumu agar kamu bisa mencapai musyahadah sebelum kamu mengalami mati yang sesungguhnya.
III.Tajalli
            Yaitu merasakan akan rasa ketuhanan yang sampai mencapai kenyataan tuhan. Pada tingkatan ini seseorang harus mengerjakan berbagai riyadloh (latihan) seperti memperbanyak ibadah, dzikir, dan berusaha untuk tidak mencintai dunia, dan selalu berusaha mengingat Allah dimanapun dan kapanpun hingga mendapatkan pancaran nur dari Allah.
            Untuk bisa mencapai pada tingkatan Tajalli, seseorang harus berupaya melakukan Takholli dan Tahalli. Takholli adalah sebuah proses membersihkan jiwa dari berbagai sifat sifat yang hina, membersihkan hati dari penyakit penyakit hati, semisal riya’, ujub, takabbur, hubbub dunya (mencintai dunia),ghibbah, suka fitnah dan sebagainya. Dan melatih diri untuk bisa menahan dari mengerjakan perbuatan maksiat, baik maksiat lahir maupun batin. Dasar Takholli adalah firman Allah surat As Syams ayat 9-10:
 قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا (9) وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا (10)
“ Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,(9). Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.(10)”
            Tahalli adalah proses pengisisan jiwa dengan makarimal akhlaq (akhlaq terpuji) dan penyinaran hati dengan sinar ketaatan. Jika hati sudah terpancar cahaya ketaatan maka nur Allah bisa masuk pada orang tersebut sebagaimana firman Allah dalam surat An Nur ayat 35:
نُورٌ عَلَى نُورٍ يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ
“Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki”
            Dalam Tafsir Tanwirul Miqbas Ibnu Abbas RA mengomentari ayat ini sebagai berikut:
المعرفة نور وقلب المؤمن نور وصدره نور ومدخله نور ومخرجه نور على نور يهدي الله لنوره من يشاء يكرم الله بهذا النور من كان أهلاً لذلك فهذا وصف الله للمعرفة .
“Ma’rifat adalah nur, hati  seorang mu’min adalah nur, dadanya adalah nur, tempat masuknya adalah nur, tempat keluarnya adalah nur, Cahaya diatas cahaya, Allah menunjukan kepada yang ahli pada hal tersebut (ahli taat)” (369/ 1)
            Dalam kitab Risaalatul Qusyairiyyah disebutkan pembahasan tentang ma’rifat panjang lebar, dalam kita tersebut disebutkan :
مَنْ عَرَفَ اللهَ صَفَا لَهُ العَيْشُ , وَطََابَت لَهُ الحَيَاتُ, وَهَابَهُ كُلَّ شَيْئٍ , وَذَهَبَ عَنْهُ الخَوْفُ المَخْلُوقِيْنَ وَاَنْسَ بِاللهِ تَعَالَى وَقِيْلَ : مَنْ عَرَفَ اللهَ ذَهَبَ عَنْهُ رَغبَةُ الاَشيَاءَ, وَكَانَ بِلاَ فَصْلٍ وَلا وَصْلٍ, وَقِيْلَ المَعْرِيْفَةُ تُجِبُ الحَيَاءَ وَالتَّعْظِيْمَ, كَمَا اَنَّ التَّوْحِيْدَ يُوجِبُ الرِّضَا وَالتَّسْلِيْمَ,
“Barangsiapa yang ma’rifat kepada Allah maka bersihlah kehidupanya (dari kesalahan) dan berutntunglah kehidupanya,
Kelawan Allah Kang moho suci * kudu rangkulan rino lan wengi
Ditirakati diriyadlohi * Dzikir lan suluk jo nganti lali
            Allah Swt adalah Tuhan semesta alam, tidak ada yang bukan miliknya semuanya adalah miliknya, bahkan diri kita ini adalah miliknya. Sudah seharusnya kita mencintai, mentaati, menghormati dan malu kepada Sang Maha Pemilik. Caranya adalah dengan selalu taqorrub (mendekatkan diri) kepada Nya baik siang maupun malam, jika kita sudah bisa mengistiqomahkan taqorrub illa Allah, maka kita akan menjadi orang yang dikasihi Allah Swt. Rasulullah bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَة t قَالَ: قَالَ رَسُول اللَّهِ r إنَّ اللَّهَ تَعَالَى قَالَ: "مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقْد آذَنْتهُ بِالْحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ، وَلَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْت سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَلَئِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ".
رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ [رقم:6502]. 
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Sesungguhya Allah ta’ala berfirman : Siapa yang memusuhi waliku maka Aku telah mengumumkan perang dengannya. Tidak ada taqarrubnya seorang hamba kepada-Ku yang lebih aku cintai kecuali dengan  beribadah dengan apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan hambaku yang selalu mendekatkan diri kepada-Ku dengan nawafil (perkara-perkara sunnah di luar yang fardhu) maka Aku akan mencintainya dan jika Aku telah mencintainya maka Aku adalah pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat, tangannya yang digunakannya untuk memukul dan kakinya yang digunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepadaku niscaya akan aku berikan dan jika dia minta perlindungan dari-Ku niscaya akan Aku lindungi “ Riwayat Bukhori.
            Lebih terperinci lagi adalah jika kita ingin menggapai predikat kekaasih Allah maka kita harus berusaha susah payah untuk menahan diri kita untuk tidak terjerumus dalam hal hal yang dilarang dan dibenci Allah, dan melatih diri untuk selalu mengerjakan perkara yang disenangi oleh Allah, yang diantaranya adalah dengan dzikir baik dalam lisan, dihati dan perasaan bahwa kita tidak luput dari pengawasan Allah dan Dia lebih dekat dari apapun, lebih tajam pengawasa Nya dari apapun.
            Lebuh terperinci lagi Allah Swt menjelaskan siapakah yang disebut waliyullah itu,sebagaimana disebutkan dalam surat yunus ayat 62 -63 :
Iwr& žcÎ) uä!$uŠÏ9÷rr& «!$# Ÿw êöqyz óOÎgøŠn=tæ Ÿwur öNèd šcqçRtøts ÇÏËÈ   šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qçR%Ÿ2ur šcqà)­Gtƒ ÇÏÌÈ  
“ Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.(62) (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.(63)”
            Ayat ini oleh imam Al Baghowi ditafsiri sebagai orang yang mencintai Allah dan dikuatkan dengan sebuah hadits:
عن أبي مالك الأشعري رضي الله عنه قال: كنت عند النبي صلى الله عليه وسلم فقال: "إن لله عبادا ليسوا بأنبياء ولا شهداء يغبطهم النبيون والشهداء لقربهم ومقعدهم من الله يوم القيامة، قال: وفي ناحية القوم أعرابي فجثا على ركبتيه ورمى بيديه ثم قال: حدثنا يا رسول الله عنهم من هم؟ قال: فرأيت في وجه النبي صلى الله عليه وسلم البشر، فقال: هم عباد من عباد الله من بلدان شتى وقبائل، لم يكن بينهم أرحام يتواصلون بها، ولا دنيا يتباذلون بها، يتحابون بروح الله، يجعل الله وجوههم نورا، ويجعل لهم منابر من لؤلؤ قدام الرحمن، يفزع الناس ولا يفزعون، ويخاف الناس ولا يخافون".
“ Dari Malik al Asy’ary Ra berkata: Ketika saya berada disis Nabi Saw beliau bersabda: Sesungguhnya Allah memiliki hamba hamba yang bukan termasuk para Nabi dan Syuhada’ dimana para Nabi dan syuhada’ mencintainya karena kedekatan mereka dan derajat mereka disisi Allah pada hari kiamat, Dan di arah laian ada kaum arab yang berlutut diatas lututnya dan melempar dengan kedua tangan dan berkata: ceritakan pada kami wahai Rasulullah tentang mereka, siapakah mereka? Kemudian sahabat Malik berkara: saya melihat disis Nabi seorang manusia kmudian berkata: Mereka adalah hamba dari hamba hamba Allah dari Negara dan
            Syaikh Amin Kurdi dalam kitabnya Tanwirul Qulub hal 414 menyebutkan pengertian waliyullah sebagai berikut:
ثُمَّ اعْلَمْ, اَنَّ أَوْلِيَاءَ اللهِ، هُمْ العَارِفُوْنَ بِاللهِ حسبما يمُكِْنُ، المُوَاظَبُوْنَ عَلَى الطَّاعَاتِ،المُجْتَنِبُوْنَ لِلْمَعَاصِ وَالمُعْرِضُوْنَ عَنِ الاِنْهِمَاكِ فِي الشَّهَوَاتِ
“Kemudian ketahuilah bahawa wali wali Allah adalah manusia yang ma’rifat kepada Allah yang terus menerus dalam ketaatan, yang menjauhi maksiat, berpaling dari tekun menjalankan syahwat “
            Adapun syarat syarat orang bisa mencapai derajat waliyullah adalah sebagai berikut:
1.Benar benar mengenal Allah (mengerti benar tauhid dan mantap keyakinannya kepada Allah)
2. Menjaga benar berbagai perintah Allah
3. Berpegangan teguh kepada Sunnah Rasulullah Saw
4. Mudawamatul wudlu (selalu berwudlu)
5. Rela menerima Qodlo’ Allah dalam suka maupun duka
6. Yakin terhadap semua janji Allah
7. Putus harapan dari semua apa yang ada pada makhluk (manusia)
8. Tabah Sabar menaggung bertbagai derita dan gangguan orang
9. Rajin menjalankan perintah Allah
10. Kasih sayang terhadap semua Makhluk
11. Tawadlu’, merendah diri terhadap yang lebih tua atau mulia
12. Menyadari selalu bahwa syaithan adalah musuh utama sedangkan senjata syaithan adalah hawa nafsu dan selalu berbisik untuk mempengaruhi berbuat negatif (pelanggaran)
Uripe ayem rumongso aman * Dununge roso tondo yen iman
Sabar narimo najan pas-pasan * Kabeh tinakder saking pengeran
            Setiap manusia pasti menginginkan hidupnya tenang tanpa ada perasaan was was dan kecemasan. Namun untuk menggapai semua itu banyak yang salah jalan dan salah faham. Ada yang beranggapan bahwa dengan harta benda yang melimpah ruah hidup bisa tenang, ternyata setelah kaya raya hidupnya semakin cemas dan was was takut hartanya dicuri orang. Ternyata ketenangan itu letaknya bukan pada banyaknya harta,namun letaknya pada hati.
            Jika kita bisa membersihkan hati dari berbagai penyakit dan menata hati, maka hidup akan menjadi tenang. Maksud menata hati adalah dengan mengisi sifat perilaku mahmudah (terpuji) seperti tawakal, sabar, qona’ah, dsb. Maksud membersihkan hati adalah dengan dzikir kepada Allah.Sebab dengan dzikir kepada Allah hati menjadi tenang dan jauh dari penyakiy hati dan dzikir sebagai bukti keimanan dan hanya orang yang benar benar beriman lah yang mendapat ketenangan. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat Al Fath ayat 4 :
هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ
“Dialah Allah yang menurunkan ketenangan didalam hati orang orang yang beriman”
Kelawan konco dulur lan tonggo * Kang podo rukun ojo kesio
Iku sunnahe Rosul kang mulyo * Nabi Muhammad panuton kito
            Nabi Muhammad sebagai uswatun hasanah (tauladan yang baik) telah memberikan berbagai wejangan dan contoh nyata untuk selalau mempererat ukhuwah (persaudaraan ) pada siapa pun, Sebagaimana disebutkan dalam berbagai hadist tentang ukhuwah yang diantaranya adalah:
والبخاري: «مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِالله وَاليَوْمِ الآخر فَلا يُؤْذِ جَارَهُ وَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْراً» ومسلم: «مَنْ كَان يُؤْمِنُ بِالله فَلْيُحْسِنْ إلى جَارِهِ» (ارشاد العباد 256)
“ Hadits imam Bukhori: “ Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah menyakiti tetangganya dan berwasiatlah kebaikan kepada wanita” dan hadits Muslim “Barangsiapa yang beriman kepada Allah maka hendaklah berbuat baik kepada tetangganya”
 والشيخان: «لا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلاثِ لَيَالٍ
“ Hadits dari Imam Bukhori-Muslim: Tidak halal bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya selamanya tiga hari” (Irsyadul Ibad 242)
يَا رَسُولَ اللَّهِ ، أَوْ يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي بِمَا يُقَرِّبُنِي مِنَ الْجَنَّةِ وَيُبَاعِدُنِي مِنَ النَّارِ ، قَالَ : تَعْبُدُ اللَّهَ وَلا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا ، وَتُقِيمُ الصَّلاةَ ، وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ ، وَتَصِلُ الرَّحِمَ   
“ Ya Rasulallah / YaMuhammad beritahu saya tentang perkara yang bisa Mendekatkan saya pada Syurga dan menjauhkan saya dari neraka, beliau bersabda: Sembahlah Allah dan janganlah menyekutukannya dengan sesuatu, dirikan sholat, tunaikan zakat, dan sambunglah Silaturahim” (Adab Baihaqi hadits ke 5)
عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم ، قَالَ : مَنْ لا يَرْحَمُ النَّاسَ لا يَرْحَمُهُ اللَّهُ
“ Barangsiapa yang tidak saying pada manusia maka Allah tidak akan menyayanginya” (Adab baihaqi Hadits ke 27)
            Kita mengaku ngaku sebagai umat Nabi Muhammad tapi buktinya kita masih sering dendam dan marah marah pada teman, tetangga dan saudara. Padahal Allah Swt telah menjelaskan dalam surat Al Imran ayat 31:
 قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Katakanlah (wahai Muhammad), jika kamu mencintai Allah maka ikuti aku maka Allah akan mencintai kamu sekalian dan mengampuni dosa dosa kamu dan Allah maha pengampun dan Maha Penyayang”
Ayo nglakoni sekabehane * Allah kang bakal ngangkat drajate
Senajan asor toto dzohire * Ananging mulyo maqom drajate
            Penyair akhirnya mengajak kepada kita semua untuk menjalankan seluruh tuntunan Agama. Dengan tidak mengikuti keinginan nafsunya yaitu dengan menjalankan segala perintah agama dan menjauhi larang agama maka Allah akan memberikan drajat yang mulia disisinya. Sebagaimana firman Allah dalam surat An Nazi’at ayat :
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى (40) فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى (41)
“Barangsiapa yang takut kepada tuhannya (Allah) dan menahan diri dari hawa nafsu maka sesungguhnya syurga lah tempatnya”
            Allah tidak pernah padang bulu dan membeda bedakan terhadap seluruh hambanya. Dan Dia tidak pernah melihat bentuk fisik hambanya ataupun profesinya. Dan dalam pandangan Allah hanya orang bertakwalah yang dapat menggapai kemulian derajat di sisi Allah. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Hujurat ayat 13:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya yang lebih mulia diantara kamu seekalian disisi Allah adalah orang yang paling bertakwa diantara kamu sekalian”
            Imam Baghowi dalam tafsirnya mengomentari ayat ini dengan menukil beberapa hadits diantaranya:
عن أبي هريرة قال: " سئل رسول الله صلى الله عليه وسلم أي الناس أكرم؟ قال: أكرمهم عند الله أتقاهم ..... و عن أبي هريرة ايضا قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: " إن الله لا ينظر إلى صوركم وأموالكم، ولكن ينظر إلى قلوبكم وأعمالكم ".
Hadits dari Abu Hurairah“Rasulullah Saw pernah ditanya siapakah manusia yang lebih mulia? Beliau bersabda : yang lebih mulia diantara manusia disisi Allah adalah yang paling bertakwa diantara mereka”.. Dari Abu Hurairah juga bahwa Rasulullah Saw bersabda: sesungguhnyaAllah tidak melihat pada bentuk fisik ataupun (banyaknya) harta kamu sekalian, tetapi Allah hanya melihat hati dan perbuatan kalian”
            Jadi, meskipun harta banyak atau fisik yang indah namun hatinya dipenuhi dengan nafsu dan perbuatannya selalu sama dengan perilaku syaitan maka orang semacam ini tidak patut dicap orang mulia. Sedangkan orang yang keseharianya sebagai pemulung namun hatinya ikhlas dan perbuatan selalu mengikuti sunnah Rasulullah, maka orang semacam ini bisa disebut mulia meskipun bentuk lahirnya tidak mulia namun disisi Allah, tinggi derajatnya.
Lamun palastro ing pungkasane * Ora kesasar roh lan sukmane
Den gadang Allah suwargo manggone * Utuh mayite ugo ulese
            Suatu saat jika kita meninggalkan dunia yang kita harapkan adalah keselamatan mencapai akhirat dengam perbekalan dari alam dunia. Untuk mencapai keselamatan tersebut, ketika kita masih di alam dunia ini haruslah belajar ilmu mati. Menurut Toriqoh Syathoriyyah hal ini disebut “ Mati Ikhtiari”. Yang sebenarnya mati itu ada dua yaitu mati Ikhtiari dan mati wajib.
            Mati ikhtiari adalah belajar tentang mati, yaitu dengan cara memaksa raga selalu mau mengerjakan perintah Agama. Jangan sampai terbujuk bisikan Nafsu. Bagaimanakah caranya belajar mati ikhtiari? Diantara caranya adalah:
1.Taubat
2. Zuhud
الفاتحة.......
هدانا الله واياكم والعفو منكم........

3 komentar:

  1. gan. tulisan arobnya yg gak jd, gmn kalo diperbaiki...?
    dan sy mntk ijn kalo ada postingannya yg pas ke blogku tak copas yach?

    BalasHapus
    Balasan
    1. matur suwun gus, ini monggo, ini masih belajar ngeblog...

      Hapus
  2. ooya gan, main main ke blog http://situsbloggermuslim.blogspot.com/

    BalasHapus